August 17, 2012

Ketika Perut Cemberut 3

Tak terasa hiatus 5 bulan. Rumahku berdebu. Mumpung koneksi internet KKSI lagi kenceng. Ane mau posting 5x dengan judul yang sama.Tentunya isinya sesuai isi otakku saat ini :D. Yang penting kan bisa memuaskan teman-teman yang suka ngintip rumahku. Berharap ada kabar baru, ternyata hanya menemukan debu :D.

Beberapa kali saya melanggar expert advice (makan teratur, makan dikunyah lama, makan yang mudah dicerna). Terkadang orang melihat luarnya saja. Gak mengerti gimana rasanya perut bergejolak. Dan berkomentar yang tidak enak.
Orang tidak pengertian : Makannya lama amat, yang lain udah pada selesai tuh"
Aku : Lah kan harus dikunyah lama sampai halus biar perut gak cemberut"

Orang tidak pengertian : Kok makannya kayak gak ikhlas gitu, dinikmati gitu lho
Aku : kalau makanan yang dimakan bukan kesukaan perut, trus perut cemberut, gimana mau menikmati

Orang tidak pengertian : Makan kok dipilih-pilih.Makan apa saja lah
Aku : Aku makan apa saja, perutku malah sering cemberut tuh

Sepertinya orang tidak pengertian itu musti dikasih pelajaran sakit dyspepsia juga biar merasakan betapa gak enaknya memasukkan makanan pada lambung dan usus yang luka

July 01, 2012

Ketika Perut Cemberut 2

*Ngumpulin semangat nulis*
*Lemesin jari jemari yang lama tidak menari di atas panggung ini* (permulaan lebay)
Sketsa dialog perut dengan yang punya perut. Ceritanya perutnya gaul getoo.Mau bikin perut alay takut ditimpukin orang se FB.

Me  : Rut, udah dong ngambeknya. Makanan enak-enak udah gue kasih. Kurang apa coba?
Rut : Heh lu keterlaluan! Gue baru giling dagung kambing, lu main siram jus apel. Lambung luka lu kasih sambel pedes ama cuka.
Me  : Iye, gue minta maaf, Rut.
Rut : Ah lu mah minta maaf doang. Ntar paling diulang.
Me  : Percaya deh. Gue tobat, udah bosan lu cemberutin mulu.
Rut : Eits...lu kasih apaan lagi nih.Baru lu bilang taubat malah masukin opor ayam.
Me  : Kan udah waktunya makan siang, Rut. Cuma ada opor ayam tuh.Emang lu mau diteriakin cacing.
Rut : Wah pelanggaran nih. Gue bilangin Pak Dokter loh (gak kebayang perut ngadu ke Dokter :D)
Me  : Bapak bilang gpp, Rut. Yakin aja bismillah makanan halal itu bukan penyebab sakit.
Rut : *perut langsung nendang-nendang bikin kembung,kram,nyeri,kesemutan perut* rasain lu!
Me  : Ampun, Rut. Ayuk ke tukang urut perut.
Rut : Lho..kok ke tukang urut.
Me  : Biar lu gak kaku gitu.
Rut : Arrrggghhh....sakit.
Me  : Tahan bentar Rut, biar enakan.
(Ceritanya tukang urut mijit saraf lambung di jari kaki lalu urut perut kaku sampai lemes)
Rut : Wow lega rasanya.
Me  : tuh kan lebih enakan. Auramu udah kelihatan ceria.
Rut : Awas lu kasih makanan macem-macem lagi.
Me : Nyooh...air kelapa ijo, buah anggur, apel, naga. Nyooh...sayur bayam.
Rut : Alhamdulillah nikmat. Si mata minta vitamin A tuh.
Me : Ini jus wortel tangkap.
Rut : Sendi-sendimu pada nagih kalsium.
Me : Kan udah gue kasih susu kedela, susu kambing, ikan teri ama bayam. Emang masih kurang?
Rut : Eh lu cek medical report sanah! Orang kalsium cuma 0.98 gitu kok.
Me : loh...kalsium yang gue kasih selama ini lu kemanain? Gak dikasih ke sendi lutut?
Rut : mesin gue mah udah rusak, kagak kuat bagiin sampe ke sendi lutut. Lu bantu kek dikit
Me : gue bantu apaan?
Rut : kunyah makanan yang lama. Makan makanan yang mudah dicerna.
Me  : kalo kelamaan ngunyah dikira lamban. Kalo cari makanan yang mudah dicerna di sini mah susah. Dikira rempong dah.
Rut : ah elu banyakan mikir kata orang.
Me  : Rut, aku mau minum jamu temulawak nih. Moga lu suka.
Rut : Alhamdulillah nyess!
Me  : Lu enak, gue musti nahan pahit tau.
Rut : Halah...pahit bentar kan langsung lu kasih burjo manis.
Me  : Kebanyakan air, kembung Rut.
(Ceritanya si perut udah lama gak dikasih asupan makanan sehat)
Rut : Woii...mana itu talbina,susu kambing,susu kedelai,buah anggur,jus alpukat,apel,beet,naga. Si lutut udah teriak-teriak nih.
Me  : Gue bangkrut, Rut.
Rut : Okelah kalo beg begitu *pajang tampang cemberut*

Haha...ketawa sendiri bacanya.
Mari penuhi kebutuhan perut bukan memenuhi keinginan mulut *ngomong ama diri sendiri*
Silakan bikin versi kalian, nanti kumpulin ke saya yak

Kontrakan KKSI, ditulis saat puncak capek.
Moga menghibur.

June 23, 2012

[Resensi] Alkisah 'Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah'


Darwis Tere Liye piawai menulis novel melankolis. Banyak pembacanya yang mengaku menangis saat baca novelnya. Novel 'Kau,Aku, dan Sepucuk Angpau Merah' membuat pembaca menangis sekaligus tertawa. Novel ini terasa spesial diantara milyaran kisah cinta, karena dituturkan secara detail, khas, sederhana tapi penuh makna. Novel romance ini untuk dewasa dengan bumbu komedi melankoli. Sebagian besar prosa dan dialog membuat pembaca tertawa. Perjuangan Borno mendapatkan cinta sejatinya membuat mata pembaca berkaca-kaca.

Cerita dibuka dengan prolog tentang Borno yang suka memikirkan hal-hal aneh. Ayah Borno meninggal karena tersengat ubu-ubur sekaligus mendonorkan jantungnya. Pertemuan singkat dengan gadis kecil di Lorong Rumah Sakit. Membuat pembaca penasaran dengan tokoh itu. Permulaan yang baik sebagai daya tarik.

Bab satu dimulai dengan riwayat pekerjaan Borno. Dia selalu ganti-ganti pekerjaan. Borno pernah kerja di pabrik pengelolaan karet. Karena pabrik karet ditutup, Borno melamar pekerjaan di Syahbandar Pontianak. Salah satu alur lucu diselipkan. Borno mempraktekkan tips dari Pak Tua agar menyapa satpam dengan menyebut namanya agar lebih bersahabat. Tenyata nama yang tertera di seragam itu bukan nama sebenarnya. Satpam itu meminjam seragam Pak Mardud. Borno dipuji pejabat Syahbandar saat memberi tahu tips menghilangkan bau karet yakni menggunakan daun singkong.

Karena pemberian tips itu, Borno diberi kesempatan kerja di Dermaga Feri. Akan tetapi tidak bisa bekerja lama, karena tidak disetujui Bang Togar, Ketua PPSKT (Paguyuban Pengemudi Sepit Kapuas Tercinta). Bang Togar menganggap kapal feri jadi penyebab berkurangnya penumpang sepit. Borno alih profesi jadi pengemudi sepit (dari kata speed) adalah perahu kayu, panjang lima meter, dengan tempat duduk melintang dan bermesin tempel. Saat proses belajar mengemudi sepit, Borno harus mematuhi perintah Bang Togar. Ia harus mengecat badan sepit, membersihkan jamban selama tiga hari. Sampai tampang Borno kusut. Pak Tua hadir sebagai penenang. Ia sering menasehati Borno.
“Sederhana, Borno. Kau bolak-balik sedikit saja hati kau. Sedikit saja, dari rasa disuruh-suruh menjadi sukarela, dari rasa terhina menjadi dibutuhkan, dari rasa disuruh-suruh menjadi penerimaan. Seketika, wajah kau tak kusut lagi. Dijamin berhasil. Bahkan Togar malah mencak-mencak lihat kau tersenyum tulus saat dia meneriaki kau bergegas menyikat kakus.” (Halaman 59)
Kita bisa mengetahui riwayat kota Pontianak. Ternyata Pontianak adalah nama hantu dalam bahasa Melayu. Diceritakan pula sejarah nama Pontianak. Inilah contoh setting tempat yang detail dan khas. Borno tertarik dengan gadis keturunan Cina yang berbaju kurung kuning. Berawal dari pertemuan singkat di sepit. Saat penumpang sepitnya turun semua karena tidak percaya Borno bisa mengemudi, gadis itu masih bertahan duduk sendirian. Borno menemukan sepucuk angpau merah tertinggal di dasar perahu. Borno berusaha mengembalikan tetapi akhirnya disimpan. Sejak saat itu, Borno selalu berharap gadis sendu menawan itu jadi penumpangnya. Setiap hari Borno berusaha dapat antrian nomor tiga belas. Agar gadis itu jadi penumpangnya. Meskipun berkali-kali gagal dapat antrian tiga belas, Borno tetap gigih. Gadis itu selalu naik sepit 'Borneo'. Gadis itu ingin diajari mengemudi sepit. Sehingga mereka lebih akrab. Meskipun beberapa kali bertemu, Borno tidak tahu nama gadis itu. Inilah trik membangun rasa penasaran pembaca. Saat perkenalan, Borno coba melucu dengan cerita tentang orang bernama Rabu Kliwon. Ia menceritakan ada dua belas anak yang diberi nama bulan Januari, Februari sampai Desember.
"Namaku Mei, Abang. Meskipun itu nama bulan,kuharap Bang Borno tidak menertawakannya...." Borno ternganga macam orang sakit gigi di buritan kayu. (Halaman 127)
Dari dialog itu pembaca merasakan campuran emosi tokoh. Yang awalnya senang karena menganggap ceritanya lucu dan menertawakan. Menjadi kaget, takut menyinggung perasaan Mei. Ternyata Mei tidak marah, bahkan dia mengajak Borno latihan sepit lagi. Mei mengirim surat untuk Borno. ....
Nb. Abang harus tahu, lebih jarang orang bernama Sumatra,Jawa,Sulawesi atau Kalimantan dibanding nama-nama bulan. Jadi sebenarnya lebih aneh nama "Borno", apalagi e-nya hilang gara-gara orang lebih mudah memanggil Borno dibanding Borneo. Sampai ketemu besok siang, Abang Borno alias Abang "Kalimantan" alias Abang "bekas sungai" (Halaman 134 - 135)
Alur itu membuat saya tertawa. Dan masih ada alur lucu lainnya. Beberapa pesan moral tidak lupa diselipkan. Misalnya Borno cerita pada Andi saat dia menolong Mei yang terjatuh di Sepit. Borno justru merasa malu.
“Aku malu sudah memegang tangannya. Itu dosa,” (halaman 118)
Petuah cinta ala Pak Tua (Hidir) :
"Cinta sejati adalah perjalanan, Andi," Pak Tua berkata takzim. "Cinta sejati tidak pernah memiliki ujung, tujuan, apalagi sekedar muara. Air di laut akan menguap mejadi ribuan anak sungai, menjadi ribuan sungai perasaan, lantas menyatu menjadi Kapuas. Itu siklus tak pernah berhenti, begitu pula cinta." "Camkan, bahwa cinta adalah perbuatan. Nah, dengan demikian, ingat baik-baik, kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta, Andi. Tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi." (Halaman 168)

"Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu." (Halaman 428)

“Kau tahu, Borno. Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu. Dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan d i kejap berikutnya mengubah hatimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang.”
Dan masih banyak lagi contoh contoh pesan moral yang diselipkan dalam dialog. Salah satu trik menyampaikan pesan moral secara halus dengan menyelipkan dalam dialog. Tapi penulis justru terjebak membuat dialog panjang yang jarang terjadi di dunia nyata. Dalam novel ini ada dialog cerita yang super panjang sampai enam halaman. Tampaklah kelemahannya. Lazimnya orang berdialog itu pendek-pendek. Dan saling menimpali. Novel ini sarat ilmu teknik mesin. Sepit tua bisa diganti mesinnya aga berkecepatan tinggi. Bahkan mampu memenangkan lomba lawan sepit baru.
“Kau tahu, Borno, kapal kapal besar macam feri, kapal kontainer, kapal pesiar, tanker, menggunakan mesin torak, turbin uap, turbin elektrik, turbin gas, atau bahkan turbin nuklir. Nah, sepit ini hanya pakai mesin motor pembakaran dalam, bahasa sananya disebut internal combustion enginer.” (Halaman 54) “Logika mesin tempel itu sederhana, Borno. Hanya terdiri atas mesin penggerak, transmisi, dan propeler....” (Halaman 55)
Pembaca bisa ikut belajar mengendarai sepit dan mengetahui cara kerjanya. Deskripsinya cukup detail sehingga pembaca bisa membayangkan di benak. Tokoh Borno membuktikan bahwa pintar tidak harus kuliah. Dengan belajar lebih banyak dibandingkan mahasiswa, ia bisa menjadi montir cerdas yang mampu membuka bengkel laris.

Pekerjaan terakhir yang membuat ia sukses adalah menjadi montir bengkel. Borno mau berkongsi dengan Bapaknya Andi, teman sejatinya. Borno harus merasakan penipuan dan penghinaan. Tapi Borno tetap bangkit hingga sukses. Hampir satu tahun ditinggal pergi oleh sosok yang ia cintai. Berkali-kali Borno mengirim surat untuk Mei. Tapi tidak pernah dibalas. Borno semakin penasaran kenapa Mei tidak mau menemuinya. Ia hanya menulis sebaris kalimat yang cukup menyayat “Maafkan aku, Abang. Seharusnya aku tidak pernah menemui Abang.” Alur ini berhasil mengaduk emosi pembaca.

Bagian akhir novel ini cukup mengejutkan. Sepucuk angpau merah menjawab semua pertanyaan Borno. Penerimaan Borno terhadap kesalahan Mei telah membuktikan bahwa ia adalah seorang bujang dengan hati paling lurus sepanjang tepian Kapuas. Karakter Borno ini patut diteladani. Novel ini cocok sekali untuk mereka yang sedang jatuh cinta, patah hati dan rindu berat. Nilai gizi novel ini cukup tinggi karena sarat pesan moral, ilmu dan tips yang bermanfaat. Sehingga pembaca tidak merasa buang-buang waktu membacanya. Bintang empat untuk novel ini.

 Judul : Kau,Aku,dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 512 hlm; 20 cm
ISBN : 978 979 22 7913 9