November 01, 2014

Hijab Syar'i Nyaman Sampai Ke Hati


Aku terkejut lihat perubahan cara berpakaian temanku. Gamis longgar dan khimar lebar menutup tubuhnya dengan sempurna. Awalnya dia pakai pashmina yang dililit lilit. Masih pakai celana kaos dan gombrong. Penuh keheranan aku komentar "Masyaa Allah, sekarang anti lebih anggun dengan hijab syar'i ini." Dia tersenyum dan bilang "Alhamdulillah, nyamannya sampai ke hati."

Aku yang waktu itu masih berhijab ala kadarnya merasa tersentil. Dia benar-benar hijrah total. Meninggalkan make up, meninggalkan baju gaul warna warni dan gemerlap dunia. Rajin sekali broadcast ilmu agama. Beruntung Allah pertemukan dia denganku.

Pelan-pelan aku ikuti gaya dia. Tanya dimana beli hijab syar'i itu. Beberapa helai gamis dan khimar lebar mulai terbeli. Alhamdulillah ada shohib yang memberikan khimar lebarnya. Gak tanggung-tanggung, dia berikan 7 khimar dan 2 daleman kerudung tepat saat aku butuh buat umrah. Mungkin ini yang namanya rezeki yang tak disangka-sangka yah.

Pembiasaan berhijab syar'i aku mulai saat umrah. Benar sekali, rasanya nyaman sampai ke hati. Aku rasakan hidup ini lebih tenang, simple. Dengan hijab syar'i bisa langsung shalat tanpa menggunakan mukena lagi. Emang betul kata Bunda Asma Nadia, istilah mukena cuman ada di Indonesia hehe....

Tapi berhijab syar'i tidak mudah. Banyak tantangan agar bisa istiqomah. Beberapa orang mencap orang berhijab syar'i berarti PKS, HTI, Salafi. Bahkan pernah didiskriminasikan saat datang di acara tertentu.

Temanku juga pernah BBM.
"Mbak Mimin alirannya apa?"
"Ahlusunna wal jama'ah. Ikuti aturan Al Qur'an dan sunnah"
"Yaah...semua orang juga bilang gitu, tapi nyatanya beda, maksudku aliran PKS atau NU?"

Lama aku memikirkan kalimat yang tepat untuk membalas BBMnya agar dia paham. 

Bagiku islam itu satu, islam is me. Apapun organisasi dakwah yang kita ikuti, tak pantaslah tuk saling menyakiti. Karena kita saudara, satu muara yakni surga.