December 27, 2010

Resensi Film Dalam Mihrab Cinta_Menyembuhkan Rasa Penasaran

Rasa penasaranku tumbuh sejak baca buku 'Dalam Mihrab Cinta' versi novelet. Ditambah mau nonton gak jadi-jadi. Jadilah rasa penasaran semakin menjadi-jadi :D.

Setelah ajak teman sana sini, akhirnya saya bisa nonton kemarin (Senin, 27 Desember 2011) di 21 BlokM Square. Karena saya suka film ini, jadi hanya hal positif yang saya tulis. Jangan komplain plis!

Film langsung dibuka dengan konflik pencurian di Pesantren. Samsul Hadi (Dude) difitnah telah mencuri uang Burhan. Tanpa melakukan tabayun, pihak pesantren menghukum Samsul. Dan menggunduli rambutnya. Sumpah Dude jadi jeleks pake bangets wkwkwkwk....*Piss Dude. Apalagi wajah dia di koran itu. Seisi teater dua tertawa demi melihat tampang Dude Herlino.

Dude terpaksa mencopet karena lapar dan lepas kontrol. Begitulah jika iman kita sedang turun. Setan berbisik agar kita berbuat buruk. Imbalannya tentulah penjara. Di Penjara itu, Samsul Hadi bertemu penjahat kelas kakap. Dia diajari bagaimana jadi pencopet yang gak tanggung tanggung. Percakapan di penjara itu cukup menggelikan, sekali lagi terdengar suara tawa mereka. Nadia (adik Samsul Hadi) menengok ke penjara untuk memastikan apakah benar orang di koran itu adalah kakaknya. Samsul minta Nadia segera membebaskannya.

Setelah bebas dari penjara, Samsul tidak berhenti mencopet. Bahkan semakin menjadi-jadi. Sampai akhirnya ia mencopet dompet Syilvie (Asmirandah) yang ternyata sudah dipinang Burhan. Samsul mencari alamat rumah Syilvie. Kebetulan satpam di perumahan bilang kalau ada yang membutuhkan guru ngaji privat untuk anaknya. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Samsul melamar jadi guru ngaji, sekaligus mendekati keluarga Syilvi. Rencana-rencana Samsul berjalan lancar, karena ayah Syilvi sering sholat berjamaah di masjid perumahan.

Samsul juga diundang oleh EduTV untuk jadi penceramah. Meski Syilvi sempat kecewa karena sudah tahu bahwa Samsul Hadi lah pencopet dompetnya, tapi Syilvi tersentuh juga saat melihat Samsul ceramah. Sehingga orang tuanya datang meminta Samsul meng-khitbah putrinya. Zizi (Meyda Safira) mendengar percakapan mereka, Zizi sedih mendengar orang yang diharapkan menjadi suaminya itu akan menikah dengan wanita lain. Samsul sholat istikharah, mengingat Ibunya cenderung ke Zizi. Syilvi atau Zizi kah yang akan jadi pendamping hidup Samsul Hadi. Sembuhkan rasa penasaranmu dengan menonton sendiri hihi....

Pesan Moral yang saya tangkap :


1. Ketika Alloh berkehendak, tidak satupun manusia bisa merubahnya (perhatikan detail per adegannya sendiri yak!)
2. Iman itu harus diperkuat diperkuat lagi terus menerus agar bisa mengontrol kita dari perbuatan keji dan mungkar.
3. Orang yang berbuat jahat pasti akan dapat balasan dari Alloh baik secara langsung di dunia maupun ditunda sampai akhirat.
4. Don't judge a book by a cover, pencopet bisa dipanggil Ustadz hanya dengan menggunakan peci. Santri dianggap baik padahal pencuri dan playboy. Sebaiknya kenali seseorang dengan baik, tidak hanya yang tampak di luar tapi telaah lebih dalam lagi.


Dan tentu saja masih banyak pesan moral lainnya.
Ada lagi alasan kenapa saya suka sekali dengan film ini, karena view nya indah (ada hamparan langit bersih dihiasi awan putih, senja merona dengan cantiknya) dua lukisan alam yang saya suka, kecelakaan yang dikemas apik sehingga kelihatan softly, backsound & soundtrack nya muantabslah.

December 20, 2010

Belajar Dari Tukang Urut

Hari Minggu kemarin, saya bertemu tukang urut di bis 74. Sebut saja Bu Diah. Awalnya kami ngobrol dikit tentang pengamen yang masuk bis berkali-kali.
Lama-lama Bu Diah cerita banyak tentang aktivitasnya, keluarganya. Sempat membuat saya kaget.

Dia pulang dari Jatinegara. Ada lima orang yang minta diurut di sana. Sasarannya orang hamil tujuh bulan, orang melahirkan, orang kecapekan, sunatan juga.
Dulunya dia bidan, tapi lama-lama tidak suka terkekang dengan jam kerja bidan. Dia memutuskan untuk kerja di rumah.
Berawal dari urut tetangganya, lalu tetangganya kasih info ke sanak family. Jadi Bu Diah makin banyak yang manggil.
Kemarin lima orang di Jatinegara lanjut di daerah Rempoa dua orang. Hari ini sudah ada lima orang yang booking di Cibubur.

Tawaran kerja di mall dengan gaji dua juta, ia tolak. Apalagi tawaran praktek di Rumah Sakit dengan gaji satu juta tiga ratus ribu. Tentu saja dia tidak mau.
Lebih suka kerja sendiri, lebih bebas. Apalagi suaminya menderita maag akut. Jadi butuh perawatan ekstra.
Meski tidak dinafkahi suaminya, dia tetap setia. Kadang hanya dikasih uang sepuluh ribu rupiah. Itupun tidak pasti setiap bulannya.

Tarif urut per orang seratus ribu rupiah. Sehari dapat lima orang saja sudah lima ratus ribu.
Silakan hitung sendiri berapa penghasilannya per Minggu per Bulan. Penghasilanku kalah dengan Bu Diah :D
Bu Diah mengaku setiap hari pasti ada yang minta diurut. Dari penghasilan itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Anaknya lima, yang empat sudah berkeluarga semua. Tinggal satu orang yang baru mau masuk kuliah.

"Kita kayak saudara aja, Neng." Bu Diah menutup ceritanya dengan kata-kata yang membuat saya terharu.
Saya minta no HPnya. Biar bisa bertemu lagi suatu saat nanti.

Satu yang membuat saya salut, Bu Diah tetap istiqomah memakai jilbabnya meski ada tawaran menggiurkan yang harus lepas jilbab.

Pesan yang saya ambil :
Kebebasan itu mahal harganya, tidak bisa ditebus dengan uang berapapun jumlahnya.
Karena kita punya hak penuh untuk mengatur hidup ini, tanpa tekanan dari atasan.