December 06, 2011

Melawan Rasa Sakit

Meskipun tulisan ini saya kasih label sadness, saya gak mau nulis bagian yang sedih-sedih. Toh banyak cerita gembira dan lucu yang melingkupinya.

Sebuah percakapan di ruang Radiologi sebuah RS Swasta di Slipi.
"Tenang, Mbak. Gak sakit kok"
Jiah... memangnya ekspresi wajahku seperti orang menahan sakit apa ya. Kalau di rongten gak sakit mah saya tau. Emang petugasnya gak tau sih ya, gimana sakitnya lutut gak stabil karena pengapuran. Serta Lumbal miring ke kanan.

Baca hasil rongten, saya berteriak 'Alhamdulillah ya Allah'. Yak...tulangku intak (utuh) semua. Tapi di tulisan terakhir ada catatan kemungkinan V L 4.5 Skoliosis Ringan. Saya langsung googling tentang skoliosis. Agak sedih setelah baca sebuah artikel yang menyatakan bahwa skoliosis tidak ada obatnya. Semua tindakan medis hanya mengurangi rasa sakit. Tapi saya yakin Allah memberi penyakit sekaligus penyembuh. Saat googling, saya bertemu dengan komunitas Masyarakat Skolios Indonesia. Rasa syukurku bertambah berlipat-lipat. Banyak sekali teman-teman MSI yang derajat kemiringannya sudah besar, sehingga harus operasi.

Hal yang paling mengharukan adalah, saat dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Tahu-tahu temanku bbm "Dek, gak ada maksud apa-apa. Itu sedikit buat berobat." Dia mengirim bukti transfer sekian ratus ribu rupiah. Allah sudah membayar semua ongkos berobat. Fabiayyi 'ala irabbikuma tukadziban. NafasMu, kasih sayangMu, perhatianMu seharusnya tidak mematahkan semangat hidupku. Karena setiap saat Engkau temani aku berobat. Kau lindungi aku dari penjahat. Alhamdulillah....

Bersamaan dengan perjuangan melawan sakit itulah, aku kehilangan seseorang yang biasanya peduli. Ini ujian ikhlas. Ujian agar hamba mencintaiMu saja. Mencintai saudara-saudara yang mencintai saya. Semangatku up down. Entah berapa kali banjir air mata.

Setelah malu buka aurat di depan Dr. laki-laki, saya berdoa semoga besok bisa konsultasi dengan Dr. Perempuan. Ajaibnya : permintaan bertemu dengan Dr. Ortopedi perempuan, dikabulkan Allah. Dan Dr. ini sangat menenangkan. Dia begitu santai melihat hasil rongten tulang punggungku.
"Gak apa-apa, kemiringannya masih di bawah sepuluh. Umurmu berapa?"
"...."
"Berarti tingkat kemiringannya kemungkinan besar tidak bertambah"
"Perlu terapi atau pakai korset?"
"Tidak perlu. Cukup rajin senam dan renang saja."
Alhamdulillah....lagi-lagi semuanya baik-baik saja.

Sampai di ruang Phisiotherapy. Beda lagi. Saya harus pake knee support dan lumbal support setiap hari. Agar mengurangi rasa sakit. Aku turuti semuanya. Kurangi jalan dan duduk. Senam setiap hari. Berenang. Memang sakitnya terasa lagi kalau saya duduk berjam-jam. Atau jalan kaki jauh.
Di ruang phisiotherapy, banyak kejadian yang bikin tertawa sekaligus sedih.
Ada Ibu-ibu yang memakai korset di luar baju dengan percaya diri, padahal biasanya di dalam baju.
Ada pasien yang sudah tua. Setiap lututnya ditarik ke kanan dan ke kiri, pasien itu tertawa sendiri. Saya yang disampingnya jadi geli sendiri.
Ada juga beberapa gerakan yang susah dideskripsikan, tapi mampu memancing tawa.
Ohya ada pasien yang tiba-tiba jatuh karena entahlah, posisinya lucu sekali. Kemungkinan besar pasien itu tidak menggunakan alat terapi dengan benar. Bukan menertawakan orang jatuh, tapi memang mengundang senyum.
Malah ada pasien yang harusnya menggerakkan kaki yang sakit, tapi justru kaki yang sehat yang digerak-gerakkan, kaki yang sakit tidak bergerak sama sekali :D.

Saya selalu ingat pesan Bapakku. Setiap saya sakit, Bapak bilang "lawan itu sakit" Sekarang saya hanya mencoba melawan rasa sakit dengan tidak merasakannya. Pura-pura sembuh saja. Tapi tetap jaga kesehatan. Lebih mendekatkan diri pada Allah. Seperti pesan Ust. Yusuf Mansyur "Bapak Ibu kalau sakit, jangan buru-buru ke Dokter. Pergi ke masjid minta kesembuhan sama Allah."

Sakit timbul karena ada informasi yang salah pada tubuh. Sehingga tugas kita adalah memasukkan informasi-informasi yang benar pada tubuh. Itulah pesan Ust. Bachtiar Nasir saat kajian Tazkiyatun Nafs "Sembuh Bersama Al Qur'an". Konon saat Al Qur'an dibaca di dekat penderita kanker. Sel kanker meledak dan perlahan sembuh.

Per hari ini saya putuskan berhenti berobat ke Dokter. Mungkin sesekali kontrol atau terapi di Rumah Sakit. Biar lebih irit. Lagian sudah tahu gerakan senam yang harus dilakukan setiap harinya.

Alhamdulillah saat pulang kampung, Bapak memberi obat Seven Leave Gingseng. Beberapa kali obatnya nyangkut di tenggorokan :D. Karena bentuknya bulat seperti kelereng kecil :D. Saat seven leave gingseng habis, Ibu kos memberi obat herbal Kamun Aswad. Obat segala jenis penyakit termasuk penyakit asmara #eaaa pas banget sih.