May 21, 2010

Tak Resah Nabung di Bank Syariah

Saya memiliki dua rekening di Bank Syariah. Rekening pertama dibuat karena memang tuntutan perusahaan. Pembayaran gaji langsung masuk ke rekening itu. Lebih praktis, tidak perlu antri lalu dipanggil satu-satu dan dikasih amplop. Setiap ada karyawan baru diwajibkan membuka rekening di Bank itu. Proses pembuatannya mudah dan cepat. Karyawan diminta mengisi formulir pembukaan rekening wadi’ah untuk nasabah perorangan. Tanda tangan bermeterai enam ribu dan harus sama dengan tanda tangan yang tercantum di KTP. Dengan disertai lampiran foto copy KTP. Biasanya Finance atau Office Boy yang mengantar formulir itu ke kantor cabang Melawai. Sehari saja sudah cukup untuk mendapatkan ATM Visa beserta buku tabungan. Aktifasi rekening biasanya setelah tiga hari.

Saya tak resah nabung di bank itu. Tenang-tenang saja meski saldo dibawah seratus ribu. Karena masih bisa diambil cash di bank cabang manapun. Untuk mencairkan cek syari’ah tak perlu repot ke kantor bank syari’ah. Cukup datang ke bank Bukopin konvensional terdekat. Proses pencairan cek berjalan lancar. Malah saya pernah mencairkan cek tanpa menunjukkan KTP asli karena sudah sering bertransaksi di bank itu. Lagian KTP ku hilang dan KTP baru belum jadi. Terpaksa menunjukkan foto copy saja.

Rekening kedua ada karena buat usaha. Buka rekening saat ada Book Fair di Gelora Bung Karno. Fasilitas yang ditawarkan hampir sama dengan bank syari’ah lainnya. Tapi yang ini sudah memiliki fasilitas mobile banking (SMS dan internet banking). Fasilitas tersebut memudahkan pemindahan dana antar rekening dan untuk informasi saldo bagi mereka yang pekerjaannya cenderung mobile. Sayangnya biaya administrasi lebih tinggi dibandingkan dengan bank syari’ah pertama. Ada kejadian menyedihkan baru-baru ini. Saat mau ambil uang dengan ATM rekening kedua, mesin ATM bilang “saldo anda tidak cukup”, padahal saya yakin masih bisa ambil lima puluh ribu rupiah. Saya terkejut mendapati saldo rekening tinggal delapan belas ribu rupiah. Pas bokek pula. Seharusnya dengan judul bank syari’ah tidak sampai mengenakan biaya administrasi yang cukup tinggi. Minimal ada perbedaan yang signifikan antara biaya administrasi syari’ah dan konvensional. Sehingga syari’ah bukan hanya labeling semata, lip sevice saja, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah syari’ah sebagaimana yang diajarkan.

Kenapa saya lebih memilih nabung di bank Syariah? Karena saya ingin bebas riba. Biaya administrasi bank syariah lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Saldo minimal yang rendah. Bisa belanja dengan kartu debitnya. Jadi tidak perlu bawa uang banyak kalau mau belanja. Saat saya memenuhi undangan bedah buku di Plaza Bintaro, saya membawa uang seratus ribu rupiah. Tiba-tiba ingin sekalian belanja. Uang cash untuk beli sepatu, sehingga uangnya kurang buat bayar belanjaan kebutuhan bulanan. Setelah tanya kasir bisa gesek dengan kartu debit. Rasanya lega sekali.

Produk standar yang biasanya disediakan oleh Bank Syari’ah antara lain:

Murabahah (jual beli)

Salam (jual beli bayar di muka)
Istishna (jual beli pesanan)
Ijarah (sewa)
Ijarah muntaha bit tamlik (sewa beli)
Mudharabah (bagi hasil)
Musyarakah (bagi hasil)
Hawalah (anjak piutang)
Kafalah (bank garansi)
Qard (pinjaman murni)
Wakalah (L/C)

Dari sebelas layanan itu, saya akan cerita sekelumit tentang musyarakah. Perusahaan tempat saya bekerja, memanfaatkan bank syari’ah sebagai penyedia modal dengan system bagi hasil. Dengan memberi beberapa agunan (rahn), bisa berupa sertifikat tanah, rumah, BPKB. Untuk pencairan kredit, hendaknya melampirkan Purchase Order (PO) proyek terbaru dengan total yang telah ditetapkan misalnya satu milyar. Pengembalian uang dihitung dari time schedule proyek. Misalkan proyek selesai tiga bulan, jadi setelah enam bulan uang harus dikembalikan. Pembagian hasil berdasarkan penilaian bank mengenai penarikan dan pembayaran kredit. Pihak bank juga meninjau kondisi pekerjaan di lokasi secara berkala. Jika pekerjaan selesai tepat waktu dengan hasil yang memuaskan, kredit selanjutnya akan diberikan. Selain itu tentu ada tinjauan jumlah PO yang diterima setiap tahunnya. Dengan kerja sama ini, terbukti cash flow perusahaan tetap stabil, meskipun terjadi krisis moneter. Perusahaan lain bangkrut, perusahaan kami justru merekrut tenaga kerja baru.

Begitulah enaknya memilika tabungan syari’ah dan kerjasama dengan bank syari’ah. Tidak resah karena makan riba dan tidak terlilit bunga pinjaman.

May 12, 2010

Kopaja Anti Rokok




Kawasan yang seharusnya bebas rokok, masih saja ditemukan orang yang sedang merokok. Upaya perlindungan masyarakat melalui pelaksanaan wilayah tanpa rokok seolah sia-sia belaka. Karena perokok yang bisa membaca larangan merokok, sedang tidak menggunakan akal sehatnya. Begitu pula saat membaca peringatan kesehatan di bungkus rokok, mereka (perokok) sedang tidak mengindahkannya. Apakah cara itu cukup efektif? Tentu jawabannya tidak. Karena jeratan adiksi rokok lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan menahan diri . Hilanglah kesadaran menyayangi diri sendiri. Sepertinya perokok lebih sayang petani tembakau, pengusaha rokok ketimbang dirinya sendiri.

Haruskah aparat kepolisian digerakkan untuk melakukan pengawasan di kawasan tanpa rokok. Saya pikir tulisan besar-besar di spanduk itu bisa menjadi polisi tidur mengganti aparat kepolisian. Lagi-lagi pikiran itu terpatahkan. Benda mati tidak ditakuti. Saya masih menemukan perokok di kawasan yang seharusnya bebas rokok.

Dalam perjalanan pulang dari Pasar Festival, mata saya menemukan sticker tulisan anti rokok di bis kopaja. Sticker itu bertuliskan “Asap rokokmu membunuh orang di sekitarmu.” Satu trobosan agar penumpang tidak merokok sembarangan. Mengingat para penumpang lainnya akan terampas haknya untuk menghidup udara segar. Seharusnya tak perlu ada tulisan, himbauan dan larangan. Perokok hendaknya tau diri, sadar diri dan bertanggung jawab atas setiap asap rokok yang ia keluarkan dan dihirup oleh orang-orang sekitarnya.

Dalam perda DKI Jakarta No. 75 tentang kawasan dilarang merokok pasal 1 poin 23 - 31 telah ditentukan kawasan bebas rokok. Saya soroti poin 27 yakni angkutan umum.

Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan darat, air, dan udara termasuk di dalamnya taksi, bus umum, busway, mikrolet, angkutan kota, Kopaja, Kancil, dan sejenisnya.

Sumber :

http://beritalingkungan.blogspot.com/2006/02/perda-dki-jakarta-no-75-thn-2005-ttg.html

Dalam hal ini timbul pro dan kontra. Saya pernah dapat email dari perokok yang menginginkan persamaan perlakuan. Sempat debat tentang bahaya asap rokok dengan asap knalpot. Jika asap rokok dilarang berhembus di Kopaja, mengapa asap knalpot Kopaja dibiarkan saja mengotori udara? Dua hal yang berbeda tapi ingin disamakan. Berikut petikan emailnya :

Asap rokok memang berbahaya, tp lebih bahaya mana dibandingkan dgn asap knalpot kopaja, metromini, motor, mobil dan asap dr industri?
Jika asap rokok merupakan racun hgg pabrik rokok tempat kami mencari nafkah dilarang & ditutup, mengapa kopaja, truk, sedan, motor dan pabrik, yg notabene lbh beracun tidak ikut ditutup? Tentunya kami, para pekerja ‘dosa’ di bdng rokok, iri dan menginginkan persamaan perlakuan.

Asap rokok dan asap knalpot memiliki dua rantai yang berbeda. Asap rokok dengan sengaja ditimbulkan oleh manusia, sedangkan knalpot lebih karena jenis kendaraan kita memang belum ramah lingkungan. Kalaupun harus mengubah bahan bakar juga tak mudah. Lagian sepeda listrik, bajaj dengan bahan bakar gas sudah beredar. Dan harganya tentu lebih mahal. Sedangkan merokok menurutku lebih mudah dihentikan asal perkokok mengerti cara menyayangi diri sendiri. Kalaupun tidak bisa dihentikan, minimal dikurangi. Jangan sampai generasi mendatang yang belum teradiksi menambah jumlah adiksi rokok di Indonesia.

Saya sangat setuju dengan quote “Silakan merokok asal asapnya ditelan”

“Ya nggak bisa,” komentar perokok

“Kalau tidak bisa, ya jangan merokok!”

“Lebih baik tidak makan dari pada tidak merokok,” pernyataan yang sungguh-sungguh berlebihan

Bagaimana mungkin hidup tanpa karbohidrat, protein, vitamin?

Bagaimana mungkin hidup mengandalkan racun?

Mari sukseskan kawasan bebas rokok. Agar bisa kita bisa menghirup udara segar dan mengurangi efek global warming. Merokoklah yang bertanggung jawab. Jangan merokok di kawasan bebas rokok.

May 10, 2010

We Are Breaking The Limits


Sebuah SMS dari sahabat masuk hari Minggu pagi pukul 05:52:15.  SMS itu mampu menghilangkan kantuk di pagi hari.
Aslm. Pg ini jam 7-8.30 di mesj Pd. Ind. diisi oleh Syekh Ali (org Madinah, bs bhs. Ind, yg suka isi TPI dg Ust. Yusuf Mansyur) teman manisnya beribadah. Insya bagus. 
Aku bergegas menyetrika, mandi lalu berdandan rapi.  Setelah siap pergi, ada ganjalan yang membuatku urung pergi.
"Bantuin angkat televisi dulu," mau nggak mau aku bantu temen sekamar angkat televisi, meja dan kardus yang akan dikirim ke Bandung. Sementara pikiranku melayang ke MRPI (Masjid Raya Pondok Indah).
"Berangkat bareng aku aja, nanti kan lewat menara 165."
Jam delapan lewat, tak kunjung berangkat, aku terancam telat.  Sampai di Menara 165 pukul 08:49. Seminar dimulai pukul sembilan. Alhamdulillah tidak terlambat.
"Lho nggak ikutan ke Bandung. Mending jalan-jalan ke Bandung. Enak," Huh! ajakan teman menggoyahkan keputusan.

Hari Sabtu sudah kubulatkan tekad untuk mengikuti seminar motivasi Breaking The Limits. Kebetulan aku sedang berada di bank PIM 1, sekalian transfer ke rekening Mas Rama. Sabtu sore temanku mengajak jalan-jalan ke Bandung. Waduh, dua pilihan yang sulit. Sempat goyah ingin membatalkan rencana ikut seminar.  Oh tidak, aku sudah berhasil menembus batas eksternal yakni harta, karena biaya seminar ini diluar anggaran bulanan. Karena batasan eksternal sudah ditakhlukkan, mustinya batasan internal harus bisa ditembus. Mungkin karena energi yang ditimbulkan oleh kekuatan do'a Mas Rama, atau karena pertolongan Allah yang menuntun langkah kakiku sampai ke Menara 165. Aku pikir ke Bandung bisa lain kali, tapi seminar ini tidak. Ke Bandung dapat capek, senang, kenyang dan bahagia. Sedangkan dari seminar, apa yang kudapat lebih lengkap. Selain capek, senang, kenyang, bahagia juga dapat ilmu dan pengalaman menarik.

Pertama kali masuk Menara 165, beradaptasi, cari-cari penunjuk arah Granada Room. Tapi tidak terlihat olehku. Telepon Mbak Leci dan Mas Rama tidak nyambung. Aku tahu mereka sibuk mempersiapkan diri. Jadi tak selayaknya aku ganggu mereka.  Sampai akhirnya, kuikuti aliran manusia menuju lantai dua. Ah ya, benar saja. Terlihat antrian registrasi seminar di lantai dua. Aku antri lama sekali.  Pesertanya banyak juga. Kata Mas Rama ada 1972 setengah (kurang lebih), entah siapa yang setengah. Peserta sebenarnya sekitar empat ratus orang. Yang terdiri dari berbagai range usia. Mulai anak-anak, remaja dan dewasa.

Ternyata namaku belum terdaftar. Memang aku mendaftar via SMS pada hari Jum'at. Akhirnya panitia membuat nametag baru untukku.  Lalu masuk di Granada Room. Disambut MC yang ganteng sekali, Mas Rio namanya. Disambut kerlip bintang disana sini.  Dekorasi ruangan dipenuhi bintang-bintangan di samping kanan kiri,atap dan depan. Full music. Hmm..ini seminar atau pertunjukan musik a.k.a konser? atau acara nobar. Dimeriahkan oleh Diferensia Band (band tunanetra) dan diberi kesempatan nonton rekaman perjalanan hidup.  Setelah pemutaran video, Mas Rama masuk dengan kostum star wars lengkap dengan light saber, didampingi oleh manajernya.  Tepuk tangan meriah menyambutnya.

I. INTELEKTUAL SESSION 
Kemampuan intelektual sama dengan pola pikir sesuai logika. Kita harus mengetahui limits. Dengan mengenal keterbatasan, kita bisa menembusnya. Batasan dibagi dua yakni batasan eksternal seperti harta, benda, lingkungan dan batasan internal seperti nggak percaya diri, males atau minder.  Kalau tidak bisa mengatasi batasan internal, niscaya baasan eksternal tidak bisa ditembus. Jadi batasan internal justru lebih berbahaya dibanding batasan eksternal.
Mas Rama bercerita tentang masa lalunya. Bahwa seminar ini ada karena Allah turunkan visi misi yakni satu rasa OPTIMIS. Berawal dari mimpi diwujudkan dengan visi misi, sehingga bisa berbagi sepotong roti di seminar ini. Semua orang diciptakan sempurna, baik berkebutuhan khusus atau tidak, tergantung pada kita MAU atau TIDAK. Karena menembus keterbatasan ada pada diri kita, jiwa pahlawan/pejuang ada dalam diri kita. Saat diputar video My Hero, sebuah video olimpiade bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Mereka yang tidak bertangan dan berkaki bisa lari, renang, lompat tinggi.

Untuk menghilangkan rasa jenuh, diputar video game Chrono Cross.  Surprise saat Mas Rama memainkan serulingnya mengikuti alunan musik Chrono Cross. Satu lagi surprise dari Mas Rama, saat Diferensia Band memainkan musik 'Morning Sunrise' secara live. Maksud hati ingin request evening sunset, tapi waktu jualah yang membatasi.
Ada satu kejadian menggelitik, saat Mas Rama mengundang personil Diferensia Band, Mas Barus dan Jaka Ahmad. Sebenarnya Mas Barus sudah memegang mic, tapi dikasih mic lagi oleh Mas Rama.
"Udah tahu gue buta, nggak bilang kalau sudah pegang mic." Lagian kan Mas Barus kan juga nggak lihat kalau Mas Rama memberikan mic hihi...

II. EMOSIONAL SESSION 
Hanya ada dua pilihan. Terus atau tidak, diam atau bergerak. If you try maybe you failed, but if you never try you absolutely failed. Jika kamu mencoba mungkin kamu gagal, tapi jika tidak pernah mencoba kamu sudah pasti gagal.
Emosi sama dengan nafsu. Bahasa latinnya movere artinya menggerakkan/bergerak, ditambah akhiran 're' untuk memberi arti bergerak menjauh.
Kualitas nafsu dibagi tiga yakni :
  1. Lawamah : nafsu yang banyak mengeluh, menyalahkan dan mencela diri sendiri. Levelnya apatis, sedih, takut
  2. Amarah    : nafsu rakus (lust), marah (anger), sombong (pride)
  3. Mutmainnah : Semangat (courage), menerima (acceptance), damai (peace)  
Kalau kita bisa mengelola delapan level, maka kita akan sampai level sembilan yakni damai. Jadi teringat satu tulisan dalam lukisan tujuh belas Agustusan yang dipajang di ruang meeting kantor tempat kerjaku.
Kadang perdamaian itu berawal dari cinta yang sederhana.
Nafsu, emosi yang berputar-putar dalam kehidupan kita. Jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu lawamah dan amarah, cita-cita akan gagal. Jika fokus pada level apatis, sedih, takut, rakus, marah dan sombong, breaking the limits tidak akan sempurna. Ubah emosi negatif menjadi positif. Sistem syaraf seperti sinyal kabel telepon yang menyampaikan pesan otak. Jika otak memberi pesan sedih makan kita akan sedih. Untuk memberikan pesan positif, seyogyanya kita pakai kualitas nafsu mutmainnah.

III. SPIRITUAL SESSION 
Dengan mengoptimalkan intelektual dan emosional pasti sukses. Tapi nilai jika nilai spiritual terlupakan, sukses tidak bertahan lama. Karena visi misinya betul tapi salah dalam pencapaiannya. Sesi ini dibatasi pada satu poin spiritual yakni do'a.  Bahan pembuat do'a yaitu gelombang energi pikiran & perasaan (keduanya merupakan kata benda). Do'a itu senjata orang mukmin. Sesungguhnya do'a dan bala akan bertemu dan keduanya akan bertarung diantara langit dan bumi (HR Ahmad, At Tirmidzi dan Ibnu Majid). Bahwa benarlah bahwa do'a itu penolak bala.

Mas Rama beserta panitia,
Terimakasih atas sepotong roti yang telah diberi
Mimin senang sekali dapat hiburan sekaligus materi
Let's break the limits
Let's say we are breaking the limits