September 07, 2008

Mental ke Istiqlal

Butuh mental berlipat-lipat agar bisa kopdar dengan loenpianers. Bukan karena saya harus datang sendirian. Saya sudah biasa jalan sendiri ke Jonggol – Bogor meskipun malam hari. Tapi perjalanan ini sungguh terasa berbeda. Saya harus bermuka tembok menahan malu saat naik busway. Lagi-lagi saya yang katrok ini bermasalah dengan busway. Bukannya saya malu bertanya, tapi sudah kebanyakan bertanya justru malu-maluin. Dan bukannya saya nggak tahu rut ke Istiqlal, saya tahu persis kalau saya harus transit di Harmoni, ambil jurusan Pasar Baru turun di Juanda. Tapi kejadiannya seolah-olah diluar kesadaran saya. Kata-kata mas Dian (OB) yang terngiang-ngiang. Saya disuruh turun di halte Monas, lalu ambil yang berlawanan arah. Dan ini kesalahan yang fatal sekali karena busway yang berlawanan arah itu menuju BlokM lagi. Padahal dulu saya pernah pulang dari Monas naik busway itu lho. Kalau orang sadar pasti turun dan ambil jurusan yang berlawanan arah. Kalau saya kan linglung nggak sadar sampai akhirnya balik ke BlokM dan beli tiket lagi hiks…In this situation I like a stupid girl, as you may know I’m smart girl hehehe….
Setelah antri panjang akhirnya naik lagi dan salah lagi. Ngapain coba pake turun di Dukuh Atas, kan bisa langsung ke Harmoni. Sampai Harmoni pun saya hampir2 salah lagi tapi nggak jadi hihihi…, Rupanya saya lupa baca “bismillah” …jadi Ah…sudahlah

Sampai di Istiqlal tak henti-hentinya ku ucap syukur. Alhamdulillah akhirnya KAU tuntun langkahku sampai ke rumahMU. Akhirnya sampai juga dengan selamat meskipun telat pake bangeeet. Menunggu itu hal yang tidak enak, tapi bagiku lebih nggak enak lagi jika ditunggu. Hal yang paling saya takutkan saat itu adalah jika saya ketinggalan malaikat karena saya berangkat sebelum waktu ashar tiba jadi belum sholat. Saya berjalan seribu langkah dan asal masuk lewat pintu assalam yang terdekat dari pintu gerbang. Kucari-cari tempat wudlu atau toilet wanita tapi tidak kutemukan, dengan terpaksa saya wudlu di luar hiks…, Karena dikejar waktu saya buru-buru naik ke atas. Dan terlihat pemandangan yang membuatku takjub sekaligus shock, karena saya salah pintu. Pintu assalam itu pintu bagian shaf pria, dan harus berjalan melewati pria-pria itu dengan PD menuju bagian wanita.

Singkat cerita akhirnya ketemu juga dengan Kianaza, dikenalkan dengan istrinya Tuna, langsung buka puasa bersama di lantai dasar, berasa tidak bubar sama loenpianers. Habis sholat maghrib ada bubar lagi tanpa mbak Wiwik. Ada Ivan, Lowo, Kian, Anita, Mas Dedi, Adam, Tuna dan saya. Pembicaraan kita nggak ada yang istimewa. Justru banyak diamnya karena pada kenyang perutnya. Tak kasih tau ya..saya pesan ice cream strawberry hmmm….yummy…, meskipun berawal dari hal yang menjengkelkan tapi bubar di Istiqlal cukup berkesan.

Adzan isya sudah berkumandang, terakhir foto-foto. Saat itu saya masih bimbang, pulang atau ikut tarawih di Istiqlal. Pengin banget ikut sholat tarawih disana. Pulangnya naik taxi atau I’tikaf di masjd sampai pagi. Tapi saya sadar betul bahwa wanita lebih baik berada di rumah. Apalagi malam hari, kecuali terpaksa dan ditemani muhrim. Akhirnya terpaksa pulang dan berharap masih kebagian sholat tarawih di masjid Nurul Hidayah Tanah Kusir. Sampai di masjid kurang lebih pukul 21.00, saya lari-lari kecil lalu ambil air wudlu. Setelah selesai wudlu terdengar suara imam membaca do’a pertanda sholat sudah usai hiks…jadi nggak dapat pahala berlipat-lipat dah. Sekali lagi dengan terpaksa saya sholat sendiri di rumah.
Pic. from Kian