April 01, 2012

Susu Ramadhan

Susu Ramadhan

“Tangi, Nduk. Wis arep imsak iki,”  tubuh mungil yang dipanggil bergeming. Sedikitpun tidak menggeliat. Yati memanggil sekali lagi. Teriak lebih kencang lagi. Berkali-kali. Hingga tersisa lima menit saja. Wanita berumur empat puluh itu mendekati anak sulungnya. Mengelus kakinya. Dan berbisik pelan wis dienteni susu, ayo ndang tangi.
Oky berjingkat. Sinar matanya tinggal lima watt. Barangkali nyawanya belum genap seratus persen. Saat melirik jam dinding, Oky kaget. Lima menit untuk makan sepiring nasi, satu buah pisang dan minum susu segelas. Satu pisang masuk perut, berkurang satu menit. Tiga menit untuk mengunyah, menelan nasi dan ayam bakar. Menit terakhir yang berat. Harus menghabiskan segelas susu dalam kondisi perut sudah penuh.
Ayo susune dimimik, wis kadung digawe kudu dienteke,”  melihat Oky yang tidak kunjung meminum susu, Yati gemas sekali.
“Nggih, Bu. Mpun wareg niki.”
Suara sirine tanda sudah imsak memenuhi langit-langit ruang makan. Oky cengar-cengir merasa terselamatkan. Tetapi Yati tetap memaksa Oky minum susu. Jarang sekali dia membuat susu. Itu susu khusus ramadhan. Tidak minum susu berarti tidak menghargai.
“Ayo diminum susunya, biar kuat.”
“Udah imsak, Bu.”
“Gak apa, kan belum adzan subuh.”
Oky pun minum segelas susu dengan muka bersungut-sungut karena terpaksa. Sehingga ia kekenyangan dan kantuk pun menyerang.
Oky melawan kantuk itu dengan berjalan ke Mushola untuk sholat subuh berjama’ah. Lumayan bisa bakar kalori. Pulang dari Mushola, Oky langsung balik ke kamar. Menunaikan hak matanya yang minta tidur lagi.
Belum sampai memejamkan mata. Oky sudah dikagetkan dengan suara Ibunya. “Ky…bantu Ibu! Pagi-pagi nggak boleh tidur. Nanti rezekimu kabur. Bangun! Kerja-kerja! Puasa jangan dijadikan alasan untuk bermalas-malasan.”
***
Ramadhan kali ini sunyi. Tidak ada teriakan Ibu. Tidak ada susu. Oky harus mandiri. Tinggal sendiri di kamar dua kali tiga meter. Sering tidak sahur, karena bangun kesiangan. Atau malas keluar beli makanan. Padahal waktu subuh, perut sudah keroncongan. Gimana bisa bertahan seharian. Dengan niat kuat. Dan membaca takbir Allahu Akbar, Oky mampu bertahan.
Setiap datang waktu sahur. Oky selalu membayangkan susu ramadhan buatan Ibu. Rasanya beda dengan susu buatannya. Padahal merk susunya sama.
“Aku rindu susu itu, Bu.”

Artikel ini terpilih dibukukan tapi saya putuskan tidak ikut. Karena sistemnya POD dan harus bayar dulu di awal. Kebetulan pas bokek hehe...
Semoga menginspirasi kita semua