February 14, 2012

Valen Van Holen

Repost dari notes FB
Berikut ini contoh Flash Fiction yang kalah lomba.

Menghitung hari libur empat hari, Valen girang bukan kepalang. Hari kasih sayang itu dianggap harpitnas (hari kecepit nasional).

“Lip, tunggu aku pulang. Kan kubawakan sekuntum mawar dan sekotak coklat cinta.” Valen berkata sendirian.

Sudah berbulan-bulan Valen tidak bisa bersama dengan Olip, kekasihnya. Valen kerja di Jakarta, sedangkan Olip masih kuliah di Semarang. Valen harus puas dengan SMS-an saja. Meskipun kadang SMS perhatiannya tidak dapat balasan dari Olip. Olip tidak mau angkat telepon. YM-nya offline terus. Valen jadi kangen Olip.

Jelang mudik, Valen galau. Memikirkan surprise party untuk Olip. Untuk mengatasi kegalauan itu Valen curhat dengan tetangga kontrakan.

“Pa kabar, Bro?”

“Alhamdulillah sehat, Len. Lo sehat juga kan?”

“Badan gue sehat, tapi hati sakit.”

“Emang kenape?”

“Pacar gue nggak mau balas SMS. Dia seperti menghilang. Makanya gue mo pulang kampung. Gue mo ngerayain valentine bareng dia.”

“Oalah…kirain lo sakit hepatitis. Lo ngerayain juga ya. Bukannya lo tuh islam. Setau gue valentine kan perayaan orang yahudi.”

“Di KTP sih islam. Gue kan lahir tanggal 14. Makanya nama gue Valentino. Lengkapnya Valentino Van Holen. Sekalian merayakan ulang tahunku.”

“Haha…ngarang lo. Van Holen dari mana. Bukannya nama Bapakmu Wiyogo asli Ngayogjakarta. Jauh amat ma Holland.”

“Ah gue bercanda. Jadi gimana nih, Rik. Pesta apa yang cocok ya?”

“Lo salah nanya gue. Paling saran gue gak usah pesta-pestalah. Khitbah langsung aja.”

“Khitbah apaan? Bahasa planet mana tuh?”

“Yaelah…ngakunya islam, khitbah aja kagak ngerti lo. Lamar aja langsung nikah, ajak dia ke Jakarta.”

“Busyet dah. Gile lo ya. Olip masih kuliah. Gue juga belum siap nikah. Masih banyak yang harus disiapkan, Bro.”

“Yaudah gak usah banyak ngayal jalan bareng Olip.”

Valen pulang dengan wajah kusut. Bukannya dapat pencerahan tentang ide pesta, malah jadi kepikiran melamar Olip

Sampailah hari Jum’at yang ditunggu-tunggu. Valen membeli sekotak cokelat di dapur cokelat terkenal. Membungkus cokelat dengan kertas kado warna pink. Bagian atas dikasih tulisan I love you from Valen Van Holen. Besok pagi-pagi ia berangkat naik kereta api bisnis dari stasiun Senen. Valen masih galau karena Olip tak kunjung membalas SMS darinya.

Senin pagi Valen datang ke rumah Olip lagi. Biasanya kalau masih pagi, Olip menyapu halaman rumah. Pasti bisa ketemu. Dugaannya benar. Dia melihat cewek sedang menyapu halaman.

Tunggu…itu Olip bukan? kok pakai kerudung. Jangan-jangan itu ibunya. Tapi kok langsing?

Valen mendekat. Dia kaget melihat cewek berkerudung itu Olip.

“Aaa…ssalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalam. Silakan masuk. Oh iya met ultah, Mas. Barakallahu fii umrik.”

“Makasih. Oh iya ini oleh-oleh dari Jakarta.”

“Kok malah Mas Valen yang ngasih kado?”

“Iya kan hari ini hari kasih sayang. Itu bukti Mas sayang Olip.”

“Olip gak merayakan hari valentine! Ambil tuh kado.” Olip meletakkan kado itu di meja dengan kasar.

“Kenapa?”

“Olip hanya berusaha menjadi lebih baik, Mas. Bukti kasih sayang tak cukup dengan kado.”

“Tapi kita masih pacaran kan?”

“Enggak. Kita putus! Olip malu sama Allah yang melimpahkan kasih sayangnya tanpa batas. Tak perlulah aku berkasih sayang dengan orang yang belum halal bagiku.”

Mungkin benar saran Ridwan. Aku langsung khitbah Olip saja. Biar hubungan kita halal dan dia tidak perlu merasa malu sama Allah.

No comments:

Post a Comment