February 10, 2012

Cara Mengemas Konflik

Repost!
Pertemuan FLP Pramuda tanggal 18-04-2010
Resume Materi “Mengemas Konflik”
Pemateri : Zaenal Radar .T.


Saya merasa beruntung bisa ketemu pemateri ini. Kocak abis! Kalo inget cerita kutil yang gokil. Saya suka tertawa sendiri bwhehehe…bwahaha…bwihihi…STOP!
Suruh resume kok malah ketawa ketiwi. Serius dong! Tapi catatanku ketinggalan di kos :D. Untung dah dicatat dalam memori otak dan diingat dalam hati.

Pertemuan yang seharusnya terlewatkan, ternyata masih bisa saya ikuti. Thanks to Allah.
Let’s check this out!

Buat yang menulis untuk diri-sendiri, silakan cuap-cuap sesukanya dan gak perlu belajar teori nulis. Buat yang menulis untuk orang lain, perhatikan hal-hal berikut ini :

Seorang penulis dituntut untuk memiliki sudut pandang (point of view) yang berbeda saat melihat, membaca, menonton sesuatu. Pengarang harus berbeda dengan orang lain. Unik.

Jangan terlalu berpatokan dengan teori. Menulislah sebebas-bebasnya. Biarkan mengalir saja. Kalau mengalami block writing, berhenti dulu. Saat pikiran tenang, coba dibaca lagi, direvisi dan coba menambahkan subplot. Percaya pada Tuhan, bahwa kita bisa menyelesaikannya. Sudah ada milyaran cerita berserakan di dunia ini (dalam kitab-kitab berbahasa Arab). Pandai-pandailah menangkapnya.

Pohon konflik (conflict mapping / scene plot) diperlukan jika cerita yang kita buat multikonflik. Digunakan sebagai alat bantu saja. Konflik-konflik tersebut harus bermuara pada satu ending yang menarik. Bagi pemateri tidak perlu menggunakan pohon konflik. Baginya konflik adalah bagaimana orang yang melihat itu menyukai, tertarik lalu tersenyum.

Konflik yang kita buat harus sesuai logika. Tidak ada patokan meletakkan konflik di awal, tengah atau akhir cerita. Yang penting disukai pembaca.

Cerita yang baik adalah cerita yang nyambung (continuity)

Porsi dialog dan deskripsi dalam cerita tak selalu harus seimbang porsinya. Terbukti dengan cerpen “Cemburu” karya Zaenal Radar .T. bisa dimuat media cetak meskipun porsi dialognya lebih banyak. Begitu pula dengan larangan jangan terlalu banyak konflik dalam cerpen. Bisa dipatahkan dengan membuat cerita multikonflik.

Nulis itu melawan kemalasan. Kalau mau sukses nulis secara membabi buta. Menulis tidak cukup menulis saja tapi harus berfikir. Pesan terakhir dari Mas Zaenal adalah banyak-banyak membaca, menulis, menonton. Kebanyakan penulis itu tergesa-gesa. Untuk hasil yang terbaik jangan tergesa-gesa. Nikmati prosesnya.

No comments:

Post a Comment