February 13, 2012

Sensasi Inagurasi 1718 Juli




Repost!
Coba merekam acara inagurasi agar tetap abadi di sanubari


Konsentrasi salat subuhku terpecah tatkala telepon berbunyi. Dari Fitri. Dia telepon pagi-pagi berniat memastikan aku sudah bangun pagi. Aku terharu sekali. Jam enam pagi, alarm catatanku berbunyi "jangan lupa bawa sandal dan peralatan mandi". Fitri telepon lagi. Bilang kalau dia berangkat terlalu cepat sehingga sudah sampai di Poins Lebak Bulus tempat kita buat janji. Ah...aku baru saja mau melangkahkan kaki. Ini janji kedua sama Fitri dan terlambat lagi :(.

Setelah cukup lama menunggu bis 510, akhirnya kita bisa melaju ke Kampung Rambutan dan berdesak-desakan. Sampai di Kampung Rambutan kita berjalan muterin shelter busway mencari rombongan. Bertemu Dina dan Etika di jalan. Setiap ada gerombolan orang-orang tak pikir itu rombongan FLP, eh ternyata bukan. Sampai akhirnya saya lihat wajah-wajah yang dulu pernah berkenalan. Kusapa satu-satu, salaman.

Kami berbagi cerita dibawah terik mentari pagi. Ketawa ketiwi. Menghapus galau hati karena bis tak kunjung berhenti di depan kami. Sesuap bubur ayam dan kerupuk dari Nisa, cemilan kacang dari Mbak Anisa, biskuit dari mbak Ida membuat perutku bernyanyi. Ditambah mainan tokek yg dibeli Fitri membuatku geli.

Pukul sepuluh baru meninggalkan Kampung Rambutan. Bersama peluh bercucuran. Dihiasi pengamen, pengemis dan orang jualan. Aku baca novel yang baru dibaca separuh jalan. Ditambah cerita Mbak Anisa tentang penggusuran rumah sampai cerita kehamilan. Aku tidur ayam karena ngantuk tak tertahankan. Kabar sudah sampai di Cikreteg yang membangunkan.

Lagi-lagi kita berjalan. Menikmati pemandangan orang-orang jualan. Pak Arya (sang kepsek) menghentikan.
"Kok pada jalan, kan suruh nunggu angkutan," begitu kata yang beliau teriakan.
"sambil nunggu angkutan, kita disuruh jalan," begitu jawaban dalam hati yg kuberikan.
"Kita naik mobil bak ya, soalnya tukang ojek melarang kita naik mobil angkutan.
"Hore...," sorakku tak kedengaran.

Akulah yang naik pertama kali. Fotonya belum di upload Fitri. Mobil bak mengingatkanku paga satu sensasi yang dulu pernah terukir dalam hati. Teman kuliah, ayah (sopir mobil bak) datang membayangi. Karena sesak, aku beranjak dari duduk berdiri berdekatan dengan Fitri dan Mbak Sari. Sempat menjerit karena tanganku terjepit dan mobil bak berhenti mendadak karena mobil di depannya pun berhenti. Ada jeda satu meter dari mobil satu ke mobil satunya lagi. Bikin miris hati. Jadi teringat perjalanan ke Magelang dan Evergreen, mobil yang kutumpangi berhenti pas tanjakan nggak bisa maju atau mundur lagi.


Foto : Ade Hermalina
Rintik gerimis menjelma hujan lebat, yak kami sukses kehujanan. Payungnya Fitri dikeluarkan. Raincoat dibentangkan. Kami tetap kehujanan sampai di tempat tujuan. Kedinginan jelma kehangatan. Makan dan candaan secara otomatis menghapus kelelahan.

Dua Jam Bersama A. Fuadi
Apa yg dipetik dari sesi ini? tentu saja Man Jadda wajada yang jadi intisari dari Negeri Lima Menara karya A. Fuadi. Kuatkan niat untuk meraih mimpi yang tinggi. Berdo'a dan serahkan pada Allah untuk merealisasikan mimpi.

Dari sekian pertanyaan kawan-kawan. Hanya satu yang saya ingat, yakni pertanyaan dari Mimin San.
Bagaimana proses kreatif membuat karya yang meyentuh pembaca hingga berderai-derai air mata? Itu penting sekali bukan? Bikin pembaca penasaran.
Jawaban :
Mas Fuadi justru mengaku kesulitan memasukkan perasaan. Karena terbiasa nulis berita yang tidak boleh menyertakan perasaan. Ada sebagian yang bilang 'flat' alias datar, tapi ketidakmampuannya itu telah berhasil membuat air mataku jatuh tak tertahankan. Bagaimana bisa? Karena dibuat grafik emosi dan ada ruh keikhlasan.

Sesi Hahahihi
Sebelum ketawa ketiwi, tentunya ada siraman rohani. Tapi kali ini tetap ber-hahahihi. Soalnya Ustadnya pinter meluci (eh melucu maksudku). Dari sekian pesan Ustad (Ghofar Al Ghifary, Ahmad Khoirul Zul Fithor, Misbahul Ikal Hidayat, Sayuda Patria, Arief Al Brebesi) ada satu yang kuingat yakni "Mampu karena mau, kuat dengan niat, bisa karena biasa" oleh Ust. Sayuda Patria, kalimat itu masuk dalam relung hati. Aku renungi sampai detik ini.

Satu game konsentrasi yang membuatku tersadar bahwa aku tak bisa konsentrasi. Menghitung beras tiga kali tapi salah lagi salah lagi. Sebenarnya perhitungan terakhir dari kelompok Potlot adalah 202, tapi Azmi dkk ragu-ragu, takut salah lagi. Karena itu kesempatan terakhir bagi kami. Sayangnya Ikal datang dan bilang 200, Oh Noooo...itu kan hitungan pertama kali. Dan suruh hitung lagi.

Hiburan dimulai dengan pembacaan cerpen "Lain Kali Jangan Begitu" karya Asa Mulchias oleh Mbak Anisa. Lanjut Trio gokil (Ikal, Azmi, Yuda) baca puisi berantai. Mereka mendeklamasikan bidadari, lontong dan kaos kaki. Ekspresinya itu lho ihihi...sensasi apalagi ini. Tak ada kata yang bisa mewakili selain ihihihi...
Tiba waktunya monolog oleh Mbak Herina (tentang wanita karir) dengan backing adegan Mas Tef, Pak Arya dan Mas Mumun yang berhasil mengalihkan perhatian kami (kami? aku kali). Ending mengezutkan membuat Mas Ervan akting kesakitan sampai melantai :P. Setelah itu sampailah puncak acara inagurasi.

Esok hari kita lewati sebuah tangga pendidikan. Tes pengetahuan. Tes ingatan. Tes konsentrasi kalian. Tes ekspresi alay nya Mas Ervan. Semua kita lalui dengan suka cita kan?

Lalu apalagi yang musti saya tuliskan, kawan?
Bukankah semua sensasi itu telah kalian simpan?
Tinggallah satu perjuangan yang pantang untuk dihentikan.
Dari kawan jadi lawan, haruskah ada permusuhan?
Jangan kawan, kita ukir sebuah keindahan persahabatan.
Kebersamaan ini tak boleh terlupakan.
Karena kita sejalan.

Selamat buat pramuda terbaik Fiksi (Fitri, Nain, Nisa), Terbaik nonfiksi (Etika, Ummu, Dina)

To All : Mari buat karya unik, agar penerbit melirik. Tentunya dengan selipan dakwah yang nyentrik.
Terimakasih buat segenap jajaran panitia, semoga amal ibadah kalian diterima Allah. Karya2 kalian jadi pilihan dan best seller.amin...

*Fiuh..bikin paragraf berakhiran 'an' dan 'i' gonta-ganti ternyata butuh energi tinggi.
Buktinya baru hari ini tulisanku bisa kalian nikmati. Semoga belum basi.*

I love you all
BR//Miss Rima
Kebayoran Lama, 21 Juli 2010

No comments:

Post a Comment