June 09, 2009

Menangisi Laskar Pelangi



Menunda hasrat emang nikmat. Ini hasrat nonton film Laskar Pelangi lho. Semenjak film LP (Laskar Pelangi) launching saya hanya berencana nonton tapi gak jadi. Sebelum mudik rencana mau nonton di PIM, tapi gak jadi. Makin lama merasa malu kalau nonton di bioskop, soalnya sudah gak in lagi. Pas ikutan KBA (Klub Baca Anadia) di rumah Uni Widya, diputar CD LP tapi gak sampai selesai sudah pulang. Mo pinjem juga gak enak. Soalnya di tasku sudah ada 1 buah VCD LP keluaran Jive-Collection, tapi bukan milikku. CD itu harus kukirim ke Purwokerto, titipan temanku yang kuliah di Jogja. Dibantu Mas Dian hunting ke carefour tapi belum ada, lalu esok harinya beli di Disc Tara - Bintaro.

Sampai akhirnya hari sabtu (6/6/9) aku jalan sama Mbak Mei ke Giant Lebak Bulus. Sebagai pelampiasan karena gagal mencairkan cek. Sebenarnya rencana awal pengin cari CD SAP, tapi pulangnya malah bawa CD LP. Terimakasih untuk Mbak Mei atas pengertiannya membeli CD LP untuk kita tonton bersama, setelah sekian lama gagal rencana nontonnya. Ditemani pizza hut dari Mas Manan, kita (aku, mbak Mei, Mbak Yeni) nobar di kosan. Ternyata ini jawabannya kenapa saya gak jadi nonton di Bioskop, kalau jadi pasti malu-maluin. Membaca buku LP saya bisa tertawa dan menangis, begitu pula saat nonton filmnya. CD pertama kita tertawa melihat akting anak-anak LP saat karnaval, dan kekonyolan lainnya. CD kedua, huwaaa...aku yang melankolis ini langsung menangis. Aku merasa menangis sendiri, tapi ternyata kita nangis sama-sama :D. Rasa haru itu mulai muncul saat melihat perjuangan Lintang berangkat sekolah, Pak Harvan meninggalkan Bu Muslimah dan anak-anak LP, disusul prestasi Lintang yang tak bisa dinikmati oleh Ayahnya karena meninggal pula, ditambah perpisahan Lintang dengan anak-anak LP.

Jadi memang layak, film ini dapat penghargaan dari Indonesian Movie Award. Meskipun ada beberapa adegan yang tak terdeskripsi dalam novel, tapi justru menambah kejelasan alur cerita. Sayangnya adegan Flo hilang di hutan hanya sebentar saja, sehingga kurang jelas dan detail. Terimakasih untuk semuanya yang terlibat dalam pembuatan film ini. Imaginasiku saat baca novel terjawab sudah. Keindahan alam Belitong, suasana desa Gantong sudah jelas tergambar. Sekarang tinggal nunggu film "Sang Pemimpi" yang masih proses.

Two thumbs up for this movie

Terimakasih buat Jive-Collection. Selama film diputar, gak ada gangguan, lancar dan gak putus-putus. Paling suaranya saja yang kurang jelas, mungkin karena speaker laptopnya yang memang gak OK.

No comments:

Post a Comment