June 30, 2009

Guyon Bareng Kak Ucon



Ini laporan workshop dongeng versi Mimin San. Memang sudah basi tapi masih enak dicicipi. Silakan mencicipi!

Janjian sama Uni Widya dan Anty di perempatan Fed-Ex pukul 11.30. Karena keasyikan nyuci pakaian, jadi keluar kos pukul 11.30. Sempat khawatir kalau Uni dan Anty menungguku. Berbekal 2 buku dan 1 buah mainan baru ala kadarnya kuberjalan cepat-cepat menjumpai angkutan D01. SMS dari Anty mengabarkan bahwa ia sudah sampai di bawah pohon rindang. Waktu itu, saya baru sampai di Pondok Pinang. Alhamdulillah Uni kejebak macet, jadi kita yang menunggu. Jakarta emang pas buat ujian kesabaran. Dimana-mana terjadi kemacetan. Setiap ada mobil hitam, dikiranya itu Uni, eh ternyata bukan. Begitu berulang-ulang, Sampai akhirnya Uni datang juga sekitar jam 12.00 WIB. Kami segera meluncur ke tempat workshop. Sampai di pom bensin, ada Jeng Pegi yang telah setia menanti selama 1 jam, subhanallah. Jeng Pegi masuk mobil, saya menyapa dan bersalaman untuk berkenalan. Padahal sebelumnya sudah kenalan di workshop pulpen. Karena penyakit pikun dini kambuh dan didukung dengan Jeng Pegi yang saat itu tampil beda, jadilah saya lupa.

Sampai di rumah Saudaranya Mbak Sita, saya jumpai Kak Ucon sudah duduk manis. Duh…jadi gak enak, kalah cepet sama pengajarnya. Begitu pula dengan teman-teman yang jauh (Ami, Ratih, Asma dkk) tapi sudah datang duluan, jadi malu. Gak tanggung-tanggung, Jeng Sita langsung ngajak makan siang. Tau aja kalau perut dah keroncongan. Menu makan siangnya nasi padang yang mak nyos tentunya. Karena Kak Ucon bilang selama pelatihan gak boleh makan, jadilah kita gilingan makanan duluan. Madam Ummu, Jeng Ima, Jeng Vera datang bersama oleh2 Mecca, disusul Rifa, Mas Kukuh dan si Chubby yang mirip teman kuliahku (Ups sorry lupa namanya). Terus Mbak Reiny dan Kang Dani sekeluarga. Ma’af Kak Ucon, kalau waktunya molor dari kesepakatan awal yakni jam satu.

Workshop ini lain dari workshop pada umumnya. Biasanya kita baca materi dulu baru praktek, yang ini kita praktek dulu baru baca materi setelah praktek dongeng. Saya yang gak mahir nari disuruh nari Amerika, Mexico, Afrika, Sunda. Gak kebayang kayak gimana gerak-gerikku. Pasti lucu, ngebayangin aja dah pengin ketawa. Padahal gak boleh ngetawain diri sendiri kalo ngetawain temen boleh. Walhasil pas praktek ekspresi wajah saya juga ketawa dengan ekspresi Mbak Wisye. Disuruh sedih malah ketawa lihat mbak Wisye ketawa *doh. Baru sadar kalau saya kurang ekspresif. Saya juga belum mampu menjelma menjadi kucing, kuda ataupun anjing. Akting jadi nenek pun gak mirip nenek. Emang gak bakat jadi pemain film ye. Bisanya cuman guyon(baca : tertawa). Kata Kak Ucon "mendongeng itu gampang, penilai terbaik bagi kita adalah anak-anak." Mereka ibarat malaikat yang bisa menilai kita dengan jujur. Untuk itu praktek dongenglah ya sama anak-anak.


Mendadak Guru

Karena usai workshop kita dikasih PR dongeng 10 kali, jadi saya coba praktek dongeng dengan anak-anak komplek kosku (Pipit, Keisyah, Yasmin, Fitri). Mereka suka maen di pinggir jalan. Ini kali pertama saya dengar panggilan Kak Mimin dari mulut para kurcaci. Setelah berkenalan, saya mulai mendongeng tepatnya bercerita di gang sempit pinggir kos. Ada orang lewat yang memanggilku Bu Guru :D. Jadi guru TK aja musti nyiapin uang 20-39 jeti, lha ini bisa langsung mendadak guru. Padahal gak ada maksud menggurui, niatnya hanya berbagi apa yang bisa dibagi.

Mereka belum tersentuh dengan dongeng, tak tahu dongeng itu seperti apa. Saya mulai mendongeng, tapi mereka justru komplain.
"Cerita tentang setan aja." Celetuk Pipit(weleh 10x).
Pipit punya cerita tentang setan, dan ia ingin bercerita. Tapi Yasmin main sabotase, Yasmin cerita terlebih dahulu sebelum Pipit mulai bercerita. Pipit ngambek, dan ingin memukul Yasmin dengan sandalnya. Amarah Pipit meredam, tapi kambuh lagi ketika Yasmin bilang Pipit songong. Pipit marah sekali dan menjambak (baca : menarik)rambut Yasmin sekencang-kencangnya. Sampai rambutnya rontok beberapa helai. Saya hanya bisa memeluk Yasmin agar dia bertahan, dan gak ikut nangis. Saya usap kepalanya, agar rasa sakit itu sedikit berkurang. Dan memberikan sedikit nasehat buat Yasmin & Pipit.

Saya akhiri pertemuan itu, meskipun mereka masih ingin bertukar cerita. Sebelum berpisah, mereka sempat menggoreskan tinta di note-book, bertukar nama, alamat, No telepon dan tanda tangan. Meskipun mereka rata-rata kelas satu naik kelas dua, tapi tulisannya lumayan bagus. Lalu Fitri, Keisyah dan Pipit mengantarku sampai di depan pintu gerbang kos. Bahkan mereka tak ingin berpisah denganku, mereka ingin ikut masuk. Melanjutkan berbagi cerita dan cinta.

PR pertama telah selesai saya kerjakan, sisanya akan saya praktekkan dengan keponakan dan calon anakku. Laporan 9 dongeng via japri ya Kak.

Kak Ucon,
Terimakasih untuk setiap kata yang membuat kita tertawa.
Terimakasih untuk setiap tetes keringat yang memacu semangat.
Buat semuanya,
Makasih atas indahnya kebersamaan.
Foto selengkapnya lihat disini

No comments:

Post a Comment