January 23, 2013

Testimoni Film Habibie dan Ainun


Sebagai salah satu pembaca buku Habibie dan Ainun, tentu saya senang mendengar kabar akan difilmkan. Alhamdulillah pas pengin nonton, pas ada yang ngajak + traktir nonton, inilah namanya 'bahagia itu sederhana'.

Film ini mengisahkan perjuangan Habibie saat sakit dan tetap kerja di Jerman. Cerita ini menginspirasi saya untuk terus bekerja keras meski sedang sakit. Selama tubuh masih bisa diajak bekerja ya dipaksa kerja. Mengisahkan perjuangan cinta sampai ke pelaminan bahkan sampai ke pemakaman. Betapa kesetiaan itu mahal harganya. Butuh pengorbanan yang luar biasa dan tiada henti. Ainun rela melepas status Dokter Anak di Indonesia demi menemani Habibie di Jerman. Ainun harus hidup sendirian di Apartemen mungil saat Habibie kerja. Ainun harus mau membagi waktu keluarga untuk negara.

Film ini mengajarkan kita arti kesederhanaan. Tak perlu mobil fortuner saat apel. Tak perlu jas necis, cukup naik becak dan pake baju sederhana sudah mampu memikat wanita. Yang penting hati yang tulus mencintai.

Akting Reza Rahardian tentu tidak perlu diragukan. Track record-nya bagus, pantaslah dipilih untuk memainkan Habibie. Beberapa aktingnya kocak banget. Saya ama Teh Mimil sampai tertawa beberapa kali melihat kekonyolan aktingnya menirukan cara Habibie jalan kaki dan bicara, seperti bukan Reza :D. Tapi seketika nangis lihat dia aktingnya menulis perjanjian saat sakit sambil nangis :((. Karena perubahan emosi yang cepat sekali bikin saya vertigo. Benerin nih, mendadak teater 3 di Mall Taman Anggrek terasa berputar. Reza Harus tanggung jawab nih :P. Saya hargai kerja keras Reza hingga membuat saya vertigo #eh. Akting mirip Habibie presiden RI itu gak mudah. Semua orang mengenalnya. Apalagi Reza harus berbahasa Jerman. Mulai dari gaya bicaranya, gaya jalannya, sampai gaya kepresidenan sudah diperankan dengan baik. 

Bunga Cita Lestari juga pinter memerankan Ainun. Dalam film itu dia tampak secerdas, segalak Ainun.  Yang paling saya inget tuh saat nyuruh Habibie tidur. "Kamu tuh bukan superman, butuh tidur!" kurang lebih dialognya gitu wkwkwk....Atau saat Ainun nyuruh minum obat. Jadi mikir, istri harus bisa tegas segalak dan selembut Ainun agar suami setia #eh lagi. Satu pesan moral penting dari film ini adalah kemandirian dan ketegaran Ainun. Saya yakin suami-suami Indonesia mengharapkan wanita yang mandiri semandiri Ainun. Dari pelajaran psikologi nikah, saya mendapatkan pesan. Wanita memang harus mandiri, tapi mandiri yang membuat suami tetap merasa dibutuhkan. Tidak naik genteng sendiri saat rumah bocor :D. Hidup bersama kanker dan tetap tersenyum semanis senyum Ainun itu tidak mudah. Butuh ketegaran yang luar biasa. Saking tegarnya Habibie tidak merasa istrinya sakit parah.

Imaginasi saya saat baca buku sudah terjawab semua di film itu. Bahkan film itu membuat imaginasiku bertambah detail. Terutama saat setting di Jerman. Mulai dari setting kantor, jalan bersalju, apartemen dll. Benar-benar memuaskan.

Tapi agak risih juga ketika kebiasaan Habibie mencium istrinya di 3 tempat diulang-ulang. Kalau tujuannya agar drama ini terkesan lebih romantis. Yak...Anda berhasil. Tapi lihat target pemasarannya dululah. Ini dianggap film keluarga. Saya mendapati film ini ditonton anak yang belum remaja. Mungkin sebagian keluarga tidak tahu bakalan ada adegan seperti itu. Atau mungkin anak-anak mereka sudah terbiasa melihat adegan seperti itu. Entahlah....

Saya tahu proses pembuatan film ini amatlah mahal. Tapi tidak bisakah mengemas iklan dengan halus. Aneh aja kalau tahu-tahu muncul produk sekarang padahal itu masa sebelum produk itu ada.

Inti dari testimoni ini adalah filmnya bagus ehehe....
Iya bagus karena saya punya satu ukuran film bagus atau enggak, bisa bikin saya tertawa dan menangis.
Hal-hal penting yang saya baca di buku, sudah ada di film, berarti kan bagus :D



No comments:

Post a Comment