March 15, 2011

Resensi Film Rumah Tanpa Jendela




Genre : Drama Musikal
Sutradara : Aditya Gumay
Ide Cerita : Asma Nadia
Penulis Skenario : Adenin Adlan dan Aditya Gumay
Produser : Adenin Adlan dan DR. Seto Mulyadi
Produksi : Smaradhana Pro


Film Rumah Tanpa Jendela dikembangkan dari cerpen Asma Nadia yang berjudul Jendela Rara. Cerpen tersebut juga dikembangkan menjadi novel Rumah Tanpa Jendela.

Film ini mengisahkan impian anak jalanan bernama Rara (Dwi Tasya) untuk memiliki jendela rumah. Karena rumahnya tanpa jendala.

Rara sekolah dibimbing Ibu Alya(Varissa Camelia). Saat pelajaran mengarang cerita, Rara menyampaikan keinginannya memiliki rumah dengan satu jendela. Cukup satu saja. Rara juga menularkan virus jendela pada teman-temannya. Sehingga mereka juga ingin memiliki jendela di rumahnya.

Aldo (Emir Mahira) mengenal Rara saat pulang dari sanggar lukis. Rara ngojek payung. Rara tertabrak mobil karena sopir Aldo tidak melihat posisi Rara tepat di belakang mobil. Sehingga saat mobil bergerak mundur Rara terbentur. Sejak kejadian itu Rara bersahabat dekat dengan Aldo. Sampai Aldo mau menyumbangkan buku di sekolah perkampungan kumuh. Adam (Ozan Ruz) ikut mengantar buku dan bertemu Ibu Alya. Lama-lama Adam menyukai Ibu Alya.

Raga (Raffi Ahmad) ayah Rara berusaha mewujudkan mimpi anaknya. Dengan memberi kejutan lukisan jendela. Rara kecewa karena jendelanya tidak berlubang. Saat bertemu tukang kusen jendela, raga menukar ikan yang dijual dengan kusen. Apadaya kebakaran telah merenggut impian.

Bersamaan dengan kebakaran di perkampungan kumuh Menteng Pulo, Rara dan teman-temannya merayakan ulang tahun Kakaknya Aldo (Emir Mahira) –Andini (Maudi Ayunda) yang malu punya adik yang cacat. Kejutan tari dan nyanyi dari Nek Aisyah (Ety Cancer), Rara serta teman-teman pemulung justru membuat Andini marah besar. Andini komplain pada MC ulang tahun (Indra Bekti) “aduhh…gimana sih? Kan gak ada acara anak-anak itu tampil di sini…?” Jawaban MC yang kebingungan membuat saya nyengir kuda “Ya…gue gak tau…yang gue panggil kan grup bandnya abang lo…Tapi ujug-ujug aja itu liliput itu pada dating ama pawangnya.”

Setelah dua adegan itu, kepedihan dalam film ini datang bertubi-tubi. Sehingga tidak memberi celah sedikitpun bagi penonton untuk berhenti menitikkan air mata. Raga meninggal dunia. Simbok (Inggrid Widjanarko) belum sadar dan harus masuk ruang HCU karena menderita penyakit TBC. Aldo meninggalkan rumah karena merasa sedih mendengar kecurigaan Ibunya bahwa Rara dan teman-teman yang kemungkinan mencuri berlian Ibunya. Aldo pergi naik taxi menuju Rumah Sakit tempat simbok Rara dirawat. Dari adegan ini kelihatan sekali akting Emir Mahira sangat bagus. Dia begitu pandai meniru karakter anak cacat. Ekspresi kesedihan yang ia tampakkan sungguh menyesakkan dada. Seratus jempol untuk Emir Mahira. Begitu pula akting Ati Cancer yang panik karena Aldo hilang. Aty benar-benar total memerankannya sehingga menimbulkan ketegangan.
Adegan Raga dan Rara ngojek paying untuk makan malam. Sungguh mengharukan. Suspense terasa saat mereka makan di rumah kosong yang ternyata ada orang gila.

Film bergizi tinggi ini ibarat segelas air yang menyegarkan di tengah-tengah film-film dewasa amoral. Mengajarkan kita membuka jendela hati lebar-lebar agar mencintai sesama yang kekurangan, banyak bersyukur meskipun kehidupan nyaris hancur. Film ini berhasil membuat saya berderai air mata lalu tertawa.

Tak ada gading yang tak retak. Sebagai penonton awam saya menyayangkan potret Simbok di HCU. Karena luka bakarnya tidak begitu tersorot. Padahal Simbok benar-benar terkungkung api yang kemungkinan besar sekujur tubuhnya terbakar. Sebenarnya adegan kebakaran itu sudah mirip kebakaran betulan. Bekas-bekas yang ditinggalkan pun seperti bekas kebakaran betulan. Tapi ya itu tadi, luka korban-nya justu kurang kelihatan. Satu lagi penampilan Rara masih kurang mewakili anak-anak jalanan yang rata-rata dekil, rambut kusut. Rara di sini masih berambut panjang lurus hitam terawat.

Buat kalian yang belum nonton film ini. Buruan nonton deh! Sekalian beramal. Karena 100% keuntungan dari film ini akan disumbangkan untuk kaum dhuafa.

Masih bisa ditonton di sini:

BINTARO
12:30
14:40
16:50
19:00
21:10
BLOK M SQUARE
12:15
14:25
16:35
18:45
20:55

dan kota2 dibawah ini:

BANDUNG
MALANG
BOGOR
BEKASI
PALEMBANG
YOGYAKARTA
BINJAI

Selengkapnya cek di http://21cineplex.com/playnow.cfm?id=2485&city_id=3

Curcol :
Setelah ajakan pertama ditolak karena teman sibuk dan punya acara lain. Akhirnya hari Kamis bisa nonton juga.
Saya tetap pilih jadwal tayang jam 18.45 di 21 BlokM Square . Meskipun jam 18.42 saya masih belanja di toko buku. Sampai di 21 sudah telat 15 menit. Itupun saya tidak langsung masuk. Karena teman nonton masih di jalan. Dengan menahan rasa penasaran, saya tetap duduk menunggu temanku sampai datang. Jam 19.11 barulah saya masuk.Ketinggalan akting Bunda Asma ihiks....Kayaknya saya musti nonton lagi dengan teman lain. Ada yang mau nemenin nonton?

No comments:

Post a Comment