December 20, 2010

Belajar Dari Tukang Urut

Hari Minggu kemarin, saya bertemu tukang urut di bis 74. Sebut saja Bu Diah. Awalnya kami ngobrol dikit tentang pengamen yang masuk bis berkali-kali.
Lama-lama Bu Diah cerita banyak tentang aktivitasnya, keluarganya. Sempat membuat saya kaget.

Dia pulang dari Jatinegara. Ada lima orang yang minta diurut di sana. Sasarannya orang hamil tujuh bulan, orang melahirkan, orang kecapekan, sunatan juga.
Dulunya dia bidan, tapi lama-lama tidak suka terkekang dengan jam kerja bidan. Dia memutuskan untuk kerja di rumah.
Berawal dari urut tetangganya, lalu tetangganya kasih info ke sanak family. Jadi Bu Diah makin banyak yang manggil.
Kemarin lima orang di Jatinegara lanjut di daerah Rempoa dua orang. Hari ini sudah ada lima orang yang booking di Cibubur.

Tawaran kerja di mall dengan gaji dua juta, ia tolak. Apalagi tawaran praktek di Rumah Sakit dengan gaji satu juta tiga ratus ribu. Tentu saja dia tidak mau.
Lebih suka kerja sendiri, lebih bebas. Apalagi suaminya menderita maag akut. Jadi butuh perawatan ekstra.
Meski tidak dinafkahi suaminya, dia tetap setia. Kadang hanya dikasih uang sepuluh ribu rupiah. Itupun tidak pasti setiap bulannya.

Tarif urut per orang seratus ribu rupiah. Sehari dapat lima orang saja sudah lima ratus ribu.
Silakan hitung sendiri berapa penghasilannya per Minggu per Bulan. Penghasilanku kalah dengan Bu Diah :D
Bu Diah mengaku setiap hari pasti ada yang minta diurut. Dari penghasilan itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Anaknya lima, yang empat sudah berkeluarga semua. Tinggal satu orang yang baru mau masuk kuliah.

"Kita kayak saudara aja, Neng." Bu Diah menutup ceritanya dengan kata-kata yang membuat saya terharu.
Saya minta no HPnya. Biar bisa bertemu lagi suatu saat nanti.

Satu yang membuat saya salut, Bu Diah tetap istiqomah memakai jilbabnya meski ada tawaran menggiurkan yang harus lepas jilbab.

Pesan yang saya ambil :
Kebebasan itu mahal harganya, tidak bisa ditebus dengan uang berapapun jumlahnya.
Karena kita punya hak penuh untuk mengatur hidup ini, tanpa tekanan dari atasan.

No comments:

Post a Comment