Tadi siang ditanyain sama tetangga. Hilyah kapan imunisasi campak? Gak imunisasi? Imunisasi rubella juga enggak? Heh! imunisasi lah! Emang beberapa hari ini petugas pada repot suntikin anak TK dan SD. Moga anak saya bisa sekolah di tempat yang memberi kebebasan bagi orangtua murid untuk memilih cara menjaga kesehatan anaknya.
Sama ketika masih bayi dulu. Saya digempur orangtua, keluarga dan tetangga karena tidak imunisasi. Mereka semua memberi argumen agar anakku diimunisasi. Intinya saya gak sanggup mendengarkan jerit tangisnya lagi saat disuntik. Saya juga ga mau anak saya kemasukan zat kimia. Mengingat saya ada riwayat alergi obat kimia. Alergi ini bisa menurun. Seperti alergi dingin yang diderita Abu Hilyah juga sudah kelihatan menurun. Anakku suka bersin-bersin kalau cuaca dingin.
Jadi cukup imuniasai 2x saja. Itupun karena tidak petugasnya asal suntik gak izin orangtua dulu. Saya masih di ruang persalinan jadi tidak terkontrol. Saya ikuti cara pengobatan yang sesuai sunnah Rasulullah saja. Saya tau ini berat karena tinggal di masyarakat yang meyakini anak kebal bila diimunisasi.
Jauh sebelum saya nikah dan dikaruniai anak, saya pernah BBM dengan Uni Via. Saya tanya pendapatnya tentang imunisasi. Seingatku beliau cerita kalau anak pertama imunisasi, anak kedua tidak imunisasi. Anak kedua lebih sehat dari pada yang pertama.
Jauh sebelum saya nikah dan dikaruniai anak, saya menyaksikan sendiri anak kecil yang terapi karena struk. Aneh gak sih anak usia di bawah 5 tahun udah sakit struk. Kira-kira apa yang bisa menyumbat
peredaran darahnya? Waktu itu saya bertanya-tanya kenapa bisa sakit itu? Saking penasarannya, saya dialog dengan istri Ustadz Fatah. Dengan tegas ia jawab karena vaksinasi. Sebelum diterapi obat herbal dan bekam, kondisi anak itu parah sampai gak bisa jalan. Ya seperti orang struk gitulah. Tapi pas saya lihat sudah bisa jalan dan tampak sehat.
Menurut Anda, kalau saya tahu itu apa saya mau vaksin?
Bukan karena takut anak saya juga mengalami hal yang sama. Tapi karena rasa kasihan dan sayanglah, saya gak mau vaksin anak saya. Karena yakin Allah yang memberi penyakit sekaligus obatnya. Kalau Allah udah berkehendak anak kita sakit, mau dicegah kayak apa juga tetap sakit. Apalagi pencegahan yang dianjurkan pemerintah cuma suntikan obat buatan manusia. Lha wong pencegahan yang dilakukan sesuai Al Qur'an dan sunnah Rasulullah aja kadang masih sakit.
"Hilyah tuh kebal ya, Ibunya lagi flu kok gak ketularan." kata tetangga yang anaknya diimunisasi. Tapi kayaknya sekarang udah gak imunisasi. Ya karena maksud imunisasi biar kebal dari sakit tertentu. Eh..anaknya malah sakit terus. Mulai dari demam, batuk, pilek. Yang sampai sekarang pun sepertinya masih sering kambuh. Izin Allah sampai sekarang usia 1.5 tahun, anak saya kebal tanpa imunisasi. Meskipun anak saya main sama anak yang sakit pilek, ia gak ketularan. Saat saya, suami dan Ibuk sakit flu, ia juga gak ketularan. Jadi makin yakin antibodi dari ASI ciptaan Allah emang dahsyat.
Seingatku Hilyah sakit demam pasca jatuh. Tapi demamnya gak tinggi dan gak sampai berhari-hari. Saya biasa terapi ASI, air putih dan bacaan Al Qur'an dulu. Kalau masih demam baru minum paracetamol. Itupun bukan saya yang meminumkan. Gimana ya saya gak tegaaa. Secara bertahun-tahun saya rasakan efek samping obat kimia. Mulai dari tubuh lemas, jantung berdebar-debar sampai bintik-bintik di tangan dan tubuh yang gak hilang-hilang.
Jadi menurut saya vaksinasi itu bukan karena halal haramnya atau aman enggaknya. Tapi karena keyakinan orangtua terhadap kehendak Allah, sehingga memilih cara terbaik bagi anaknya. Bisa jadi ada orangtua yang menganggap imunisasi cara terbaik bagi anaknya, ya up to you itu pilihanmu.Tapi kalau ada orangtua yang memutuskan tidak mem vaksin anaknya, ya hargai pilihannya, karena mereka anggap itu cara terbaik menjaga kesehatan anaknya. Saya doakan dengan atau tanpa imunisasi, anak-anak kita bisa terhindar dari penyakit berbahaya. Aamiin
Akhirnya apa yang saya pikirkan keluar juga. Duh leganya hehe....
Hal baik datangnya dari Allaah, hal buruk dari saya manusia tempat salah.
Mohon maaf bila ada khilaf. Jadi kayak pidato hehe....
Udah dulu ya udah malem ini.
#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia